Pagi menjelang siang di hari Jum'at emang bawaannya males kerja, soalnya bentar lagi kan jumatan trus istirahat, trus ngobrol, trus solat, trus kapan kerjanyaaa??? Hihihi,,ya paling orang2 mulai efektif kerja sekitar jam 2 apa jam 3 kali yah, itu aja klo ga pada mudik. Jadi intinya hari Jum'at itu hari untuk leyeh2 *klo ga ada deadline, atau bisa jadi hari paling sibuk soalnya Jum'at itu akhir periode yang artinya itu hari terakhir untuk transaksi. Tapiii berhubung minggu ini dana kita udah abis sejak hari Rabu, jadilah Jum'at ini saya ga ada kerjaan, kalaupun ada sifatnya ga mendesak sih, jadilah saya buka2 kaskus sambil denger lagu. Belum lama saya liat2 thread, ada satu judul yang menarik perhatian saya, ya sekilas sih tentang FPI gitu yang lagi-lagi bentrok dengan alasan membela syariat Islam.
Judulnya adalah Kaos "TUHAN, agamaMu apa?" BENTROK dengan FPI, setelah saya baca thread nya, pertanyaan yang pertama kali muncul dalam otak saya adalah "memangnya Tuhan lemah sampai harus dibela oleh manusia?". Memang, logikanya apabila kita menyayangi seseorang, apapun akan kita lakukan apabila orang itu disakiti atau dilecehkan oleh orang lainnya. Tapi sebelum kita melakukan sesuatu untuk membela orang yang kita sayangi, sebaiknya kita mengenal betul karakter dia dan apa permasalahannya. Karena bisa jadi apa yang kita lakukan justru bisa membuat dia tidak bahagia bahkan tidak merasa tertolong dengan perbuatan kita. Kita tidak seperti Tuhan yang Maha Tahu,maka kita tidak seharusnya menjadi sok tahu. Kita "merasa" tahu apa maunya Tuhan, kita "merasa" paling tahu tentang agama kita, dan semua itu menjadikan kita "merasa" berhak untuk menghakimi manusia lainnya. Apakah kita telah suci dari dosa atau telah menjadi paling benar sehingga kita bisa memutuskan siapa saja yang bersalah untuk tindakan tertentu, bahkan saking berkuasanya kita bisa memutuskan juga hukuman apa yang harus dijatuhkan. Mulai dari hukuman psikis dengan meneriakan caci maki, hingga hukuman fisik dengan melakukan tindakan anarki. Apakah Tuhan sebegitu lemahnya sehingga Ia tidak bisa menghukum orang yang berdosa, sampai manusia lain yang harus melakukannya. Renungkanlah sejenak, apakah perbuatan itu benar2 dikehendaki Tuhan? Bukannya semua tindak anarki itu hanya akan mempermalukan nama Tuhan didepan umat agama lainnya? Islam adalah agama yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang,bukan agama dengan nilai toleransi minim yang penuh anarki. Apabila ada saudara kita yang melakukan kesalahan apakah kita sendiri yang harus mengadilinya?. Bisa se-adil apakah seorang manusia?.
Bicara mengenai kesalahan dan adil, saya bisa menganalogikan apa yang terjadi pada diri saya sendiri. Saya adalah seorang wanita beragama Islam, saya pun tahu sudah menjadi kewajiban seorang muslimah untuk memakai hijab. Oleh karena itu setahun yang lalu saya mulai memakai kerudung, memang hanya kerudung, bukan jilbab yang sempurna menutup aurat. Pertanyaan saya adalah apa yang saya dapat atas keputusan saya memakai kerudung?. Saya yakin banyak orang di sana akan mengatakan yang saya dapatkan hanyalah dosa, karena aurat saya tetap tidak tertutup sempurna. Karena kerudung bukanlah jilbab. Tapi ada juga yang berpendapat saya akan mendapatkan pahala karena setidaknya saya belajar dan berkemauan untuk menutup rambut dan dada, saya juga tidak memakai baju atau celana pendek lagi. Dosa dan pahala hanyalah pendapat orang di luar sana, pendapat dari manusia dengan segala keterbatasan pengetahuan. Lihatlah betapa relatif batasan dosa dan pahala yang bisa diberikan oleh manusia. Jadi apakah yang sebenarnya saya dapat?Dosa atau pahala?. Saya sendiri pun tidak mengetahuinya, dan tidak juga dengan manusia lainnya. Bukankah yang tahu dan berhak menentukan dosa atau pahala hanya Tuhan?. Karena bagaimanapun hanya Dia yang bisa dengan adil untuk menentukan segalanya. Kita semua hanyalah manusia yang sama2 berusaha sedekat mungkin dengan Tuhan, dengan proses dan jalan yang berbeda, jadi haruskah kita saling menghakimi?. Ingatkanlah saudara kita yang salah dengan cara manusiawi yang jauh dari anarki, dan bela lah Tuhanmu dengan cara yang cerdas.
Urusan setiap orang mengenai agamanya adalah hanya antara orang itu dan Tuhannya, bukan dengan manusia lain. Maka untukku agamaku dan untukmu agamamu. Marilah kita saling menghargai, baik dalam segi perbedaan keyakinan atau perbedaan proses pendekatan dengan Tuhan, karena sekecil apapun langkah manusia menuju Tuhan, Ia tetap dapat melihat, dan sejauh apapun kita keluar jalurNya, Ia juga tetap bisa melihat, jadi biarkanlah Tuhan yang memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan pada makhlukNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar